MANUSIA DAN EKSISTENSINYA

MANUSIA DAN EKSISTENSINYA


  • Manusia sekular meyakini bahwa manusia adalah makhluk terhebat (superman) yang mempunyai kuasa mutlak atas diri dan nasibnya, termasuk manusialah penentu arah kehidupan di alam semesta ini (antroposentrisme).
  • Kehebatan manusia ini disebabkan oleh adanya akal dan panca indera pada diri manusia yang keduanya mampu untuk menganalisa berbagai hal yang kemudian menentukan hal terbaik untuk manusia.
  • Keyakinan manusia pada kemampuan akalnya ini disebut dengan rasionalisme dan keyakinan manusia pada panca inderanya disebut empirisme.
  • Kesimpulan yang didapat dari pertemuan antara rasinalisme dan empirisme inilah yang disebut dengan temuan atau bukti ilmiah.
  • Semua  hal yang tidak rasional dan tidak empirik maka harus ditolak.

  • Manusia hanya terdiri dari fisik dan psikis yang semuanya adalah materi
  • Fisik manusia adalah unsur utama sehingga kalau fisik mati maka mati juga psikis
  • Hidup manusia hanya untuk mengejar kebutuhan materi
  • Tujuan akhir hidup adalah kesenangan materi.

SIAPAKAH MANUSIA?

  • Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir Allah, sama dengan makhluk lain. Manusia sebagai indan dan al naas bertalian dengan hembusan roh Allah yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir Allah.

PROSES KEHIDUPAN MANUSIA 

  • Fase Alam Arwah - mengadakan perjanjian dan menerima amanat
  • Fase Alam Rahim - perkembangan untuk menjadi manusia
  • Fase Alam Dunia - melaksanakan janji dan amanat
  • Fase Alam Barzah - menunggu dan diganjari 
  • Fase Alam Akhirat - pertanggungjawaban atas janji dan amanat

EKSISTENSI MANUSIA

  • Tanggung Jawab sebagai hamba Allah 
  • #Menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun keluarga
  • Tanggung jawab sebagai Kholifah Allah 
  • Peran sebagai Kholifah (belajar, mengajarkan ilmu, membudayakan ilmu).


MENGAPA KITA DICIPTAKAN?
-Murtadha Muthahhari-

lslam dalam Pandangan Muthahhari adalah satu-satunya jalan yang dapat menghubungkan seorang individu dengan realitas mutlak. Sebuah hubungan yang tidak dapat diputuskan hanya dengan asumsi-asumsi duniawi semata. la menjadi spirit yang melatar belakangi seluruh laku sosial-kemasyarakatan. Menelaah sekian karya Muthahhari mendorong kita untuk tidak berhenti padasatu titikatau satu karya tertentu. Muthahhari menyuguhkan karya untuk kepentingan kemanusiaan dan keagamaan. Sebab itulah setiap karya beliau saling terkait satu dengan yang lain sebagai kelanjutan karya dan tujuan besarnya. Karya Muthahhari menyimpan tujuan tunggal. Beliau meneropong masa depan peradaban Islam dengan karyanya yang berbasis pada filsafat, etika, teologi, filsafat sejarah kritis, yang terakhir meliputi masyarakat dan sejarah, masyarakat dan individu pula berbagai problem manusia dan tantangan zamannya. 

Kita sering mengatakan bahwa manusia diciptakan untuk mencari kebahagiaan dan ketenangan, dan Allah tidak membutuhkan sesuatu pun dari penciptaan itu, pun tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari keberadaan manusia yang telah diciptakan-Nya. Pada hakikatnya, manusia diciptakan dengan kehendak bebas, dan bimbingan Ailah kepadanya hanyalah menyangkut hal- hal yang berhubungan dengan ibadah dan iman saja, bukan tentang sesuatu yang menyangkut naluri dasar manusia. Di dalam Alquran, Allah berfirman, "Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang ingkar." Q.S. Oleh karena itu, tujuan diciptakannya sebutir benih adalah untuk mewujudkan potensinya menjadi tumbuhan yang matang.

Demikian juga, seekor anak biri-biri diciptakan agar bisa menjadi biri-biri dewasa yang nantinya berguna bagi manusia. Semakin banyak yang diketahuinya, maka semakin banyak yang bisa dicapainya dengan pengetahuan itu. Terkadang dikatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan dalam pengertian bahwa selama manusia itu hidup, maka dia harus menikmati manifestasi penciptaan, serta tidak mengalami gangguan yang disebabkan oleh makhluk selainnya.
Dalam pandangan ini, jika para nabi telah menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan alam akhirat, maka hal itu adalah penjelasan tentang keberlanjutan kehidupan yang sekarang. Dengan kata lain, jika petunjuk dalam mencapai kebahagiaan sudah diberikan, yang mana kepatuhan padanya akan memperoleh pahala serta pengingkaran padanya akan mendapat siksaan, maka demikianlah wajah kehidupan yang sebenarnya sehingga hukum-hukum Tuhan mempunyai arti dan tidak sia-sia di dunia ini. Akan tetapi, kita tidak menemukan penjelasan seperti itu di dalam Alquran, di dalamnya hanya dijelaskan tentang tujuan penciptaan manusia dan jin yang hanya untuk "menghamba" kepada Tuhan. Karenanya, jika martusia tidak mendahului penghambaannya dengan pertanyaan tentang Tuhan mana yang harus dia sembah, maka sesungguhnya dia telah gagal dalam mencari dan menemukan tujuan hidupnya, bahkan Alquran menganggap orang seperti ini tidak akan menemukan kebahagiaan. Dan sebenarnya, para nabi telah diutus untuk membimbing manusia dalam mencari kebahagiaan, yang hanya bisa ditemukan dalam penghambaan tulus kepada Tuhan.

Dengan demikian, tujuan dan tempat kembali yang ditawarkan oleh lslam adalah Tuhan. Di dalam ayat-ayat Alquran yang menjelaskan tentang manusia yang sempurna serta ke mana mereka menyandarkan seluruh tujuannya, Alquran mengatakan bahwa mereka telah mengerti dengan sungguh-sungguh tujuan hidup mereka dan berusaha mencapainya semaksimal mungkin. " berkata, "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dnn aku bukanlah termasuk orang-orınp yong mempersekutukan Tuhan." Di surah yang sama juga dikatakan, Sesungguhnya salatku, ibadah ku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam." . Inilah konsep tauhid yang diajarkan oleh Alquran, sebuah konsep yang bukan hanya berdasarkan pada rasionalitas semata, tetapi juga sebuah pemikiran yang menegaskan bahwa alam dan penciptanya tidak bisa dipisahkan.

Konsep ini mencakup keyakinan dan itikad manusia yang mengakui bahwa hanya ada satu Pencipta, yang menjadi tujuan perjalanannya, dan satu-satunya yang bernilai dan bermakna baginya. Oleh karena itu, di dalam lslam, segala sesuatu berputar pada sebuah lintasan yang mengelilingi titik pusat di mana Tuhan "berada". Di dalam ayat kedua yang dikutip sebelumnya , Nabi İbrahim as. Pengakuannya juga telah menempatkan dirinya sebagai hamba Tuhan semata, pengakuan hanya kepada hukum dan aturan-Nya, dan tak ada satu pun yang dapat mengaturnya selain Tuhan.

" Di dalam Surah al Ahzab ayat d5 dan 46 dikatakan, "Hat Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk  jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untu cohpyp yanq menerongi."Dengan demikian, nabi menjadi penyaksi terhadap perbuatan manusia, sebagai penyeru kepada kebaikan dan yang memberi peringatan terhadap bahaya keburukan. Nabi adalah manusia terpilih yang mengajak manusia kepada Tuhan sebagai puncak dari segala tujuan manusia itu sendiri. Di ayat yang lain, Alquran menyebutkan bahwa tujuan diutusnya para nabi adalah "Sesun9guhnya Kami telah men9urus rosul-rosul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama merefrıı Al Kitab dan neraca supaya manusia dayat melaksanakan keadilan." . Keadilan, seperti yang dipahami oleh banyak orang seperti lbnu Sina, jelas tidak mungkin dapat dicapai di dalam sebuah komunitas masyarakat tanpa adanya hukum yang adil.

Sayangnya, hukum yang adil ini tidak dapat dibuat oleh manusia sendiri karena dua alasan. Pertama, manusia tidak dapat menetapkan sebuah kebenaran yang bebas dari subjektivitasnya. Hukum haruslah bukan suatu perangkat yang dibuat oleh manusia dengan segala kelemahannya. Hukum dalam hal ini, haruslah aturan yang ditetapkan oleh Tııhan Yang Mahasempurna yang mana manusia harus mematuhinya dengan kesadaran yang paling dalam.

Meskipun ibadah disyariatkan untuk mencegah manusia dari kealpaannya terhadap Pembuat Peraturan dan selalu mengingatkannya pada Tuhan yang selalu mengawasinya, namun dengan argumen di atas, maka mengajak manusia untuk kembali kepada Tuhan mempunyai maksud yang lain. Artinya, pengenalan dan iman kepada Allah dan hari akhir menjadi syarat awal dalam penegakan kehidupan yang adil tersebut. Dalam pengertian ini, keadilan adalah spiritualitas manusia yang sekunder yang dîpersyaratkan dalam kehidupan sosialnya, yang mana kehidupan sosial yang damai tak mungkin tercapai tanpa hukum dan keadilan itu sendiri. Jadi meskipun kita harus memperhatîkan berbagai masalah-masalah sosial yang banyak terjadi selama ini sebagai sesuatu yang penting dalam hubungannya dengan tujuan diutusnya para nabi, namun tetap saja kita menganggap bahwa persoalan itu adalah bagian sekunder.

Ketiga, kita memisahkan antara misi para nabi di satu sisi dan tujuan penciptaan di sisi yang lain. Dalam hal ini, kita dapat menganggap bahwa salah satu dari tujuan itu adalah tujuan utama sedangkan yang kedua adalah tujuan pelengkap. Dengan demikian, kita dapat menghilangkan asumsi yang menjadikan sam di antara tujuan itu menjadi syarat awal bagi tujuan lainnya. Alquran adalah kitab tauhid yang merujukkan semua hal kepada konsep tauhid tersebut.

" 4 ' 'l- Al-Quran juga menjadi kitab yang merepresentasikan semua sifat dan nama Allah dalam bentuk yang paling sempurna seperti yang difirmankan-Nya, ‘Dialah Allah, tidak ada Tuharı melairıkan Dia, Dia mempunyai nama-nama yani baik." . "Atau dalam firman-Nya yang lain, ‘Don Allah mempunyai sifat Yang Mahatinggi." . Ayat-aYat ini menjelaskan bahwa tak ada satu pun yang bersekutu dengan Allah, tak ada tandingan-Nya, dan bahwa semua kekuatan hanyalah milik-Nya. Oleh karena itu, tauhid mengajarkan bahwa tidak ada satu pun tujuan yang fundamental, tujuan yang berdiri sendiri, ataupun tujuan tertinggi selain tujuan kepada Allah.

Itulah perbedaan pemahaman orang yang memilih lslam dengan orang yang memahami sebuah mazhab filsafat tentang tujuan hidup manusia. Sebenarnya apa yang diajarkan lslam itu pada hakikatnya sama dengan apa yang telah dipahami oleh banyak orang, namun yang membedakannya hanyalah sudut pandang semata. Dan yang harus dipahami adalah, Islam memandang segala sesuatu dalam perpektif tauhid yang sempurna itu. Seperti yang telah kita diskusikan sebelumnya, di dalam filsafat dikatakan bahwa manusia telah mencapai suatu pemahaman bahwa alam ini diatur oleh hukum yang konstan dan tidak dapat diubah.

 

Tentang pemahaman ini, sebenarnya Alquran juga mengatakannya namun dengan bahasa yang lebih llahiah maknanya. Allah berfirman, "Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi hukum Allah, dan sekali-kali tidak akan menemui penyimpangan bagi hukum Allah itu." Seperti halnya konsep keadilan sosial, Alquran bukan hanya menerima konsep tersebut, tetapi juga menyebutnya sebagai kondisi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, walaupun tetap ditekankan bahwa keadilan sosial bukanlah tujuan utama, juga bukan prasyarat bagi kebahagiaan hakiki manusia. Menurut Alquran, manusia hanya dapat menikmati kebahagiaan yang datang dari Allah, karena hanya Dialah yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidup manusia. " Allah berfirman, " Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram demen men9inqnt Allah.

HanyaAlIahyangdapat memberikan ketenteraman ke dalam hati-hati manusia yang diliputi kecemasan dan ketakutan. Selain itu, ketika menjelaskan tentang salat, Allah juga memberikan keterangan yang lain dalam firman- Nya, "Sesungguhnya salat itu mencegah dari adalah lebih besar ." Q 4sI lslam menegaskan bahwa sesungguhnya manusia diciptakan untuk mengabdi kepada Allah dengan penghambaan yang sebenarnya, mengenal Allah dan mencari kedekatan ker ada-Nya, karena hanya dengan jalan itulah manusia akan menemukan kekuatan. Semua sistem sosial, pasti memiliki sasaran-sasaran tertentu yang menjadi kecenderungan individu dalam sistem masyarakatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa sasaran tersebut kehidupan sosialnya menjadi tidak mungkin. Kelompok ini biasanya dibangun oleh beberapa orang yang berbagi tugas, ada yang menyediakan modal, dan lainnya menyediakan tenaga kerja.

Namun ada juga pendapat yang lain, pendapat Bertrand Russel rnisalnya, bahwa dasar dan asal etika sosial adalah kepentingan individu dalam anggota masyarakat. Mereka menganggap bahwa etika sosial adalah bentuk kesepakatan antarindividu dalam sebuah komunitas yang dengan kesepakatan itu mereka dapat melidungi kepentingan- kepentingannya. Dari pemahaman ini, kita menganggap bahwa pandangan Russel itu berbeda dengan filsafat yang dianutnya. Russel adalah seorang humanitarian , namun pada saat yang sama filsafatnya bertentangan dengan humanitarianisme itu sendiri.

Jika Nixon dan Brezhnev mempunyai kekuatan yang sanna, maka mereka akan memperhitungkan segala aspek dalam hubungan keduanya demi menjaga kepentingannya masing-masing. Dalam kasus ini, kritik Russel terhadap Amerika yang memerangi Vietnam menjadi tidak ada artinya. Dalam beberapa kasus, pemikiran Russel dan pengikut-pengikutnya tampak tidak bijaksana karena bisa saja pemikiran mereka membiarkan yang kuat untuk menindas yang lemah. Jika yang lemah tidak mampu melawan yang kuat, satu-satunya cara yang harus mereka lakukan agar bisa bertahan hanyalah berusaha menjadi kuat.

Mungkin beberapa pandangan yang lain juga didasarkan pada tujuan yang bersifat material, akan tetapi pandangan-pandangan tersebut seharusnya tetap memperhatikan 'ang lemah dalam masyarakat tersebut. Jika penyebab-penyebab munculnya kekuatan dan kelemahan itu dapat dicegah dan diatasi, semua anggota masyarakat akan berada pada tingkat dan derajat yang sama. Selanjutnya, jika mereka memiliki kekuatan yang sama, mereka akan saling menghormati satu sama lain. Menurut pandangan ini, kesamaan derajat antaranggota masyarakat adalah sesuatu yang mungkin jika kepemilikan dan kekayaan pribadi dapat dihapuskan, mereka mempercayai bahwa perbedaan anggota suatu masyarakat adalah karena kepemilikan dan kekayaan yang berbeda-beda, karenanya kekayaan dan kepemilikan dianggap sebagai bentuk kedurhakaan.

Menurut mereka, ketidakadilan akan dapat dihapuskan dalam sebuah masyarakat yang semua anggotanya mempunyai tujuan yang bersifat material seperti ini, yakni jika masyarakat tersebut dikelola seperti pengelolaan sebuah perusahaan. Penekanan mereka hanyalah pada kepemilikan yang mereka anggap sebagai sumber kezaliman dan penindasan. Mereka menganggap bahwa kondisi inilah yang dapat menciptakan lingkungan yang kondusif demi terwujudnya keadilan, ketenangan, ketenteraman yang di dalamnya akan terbentuk moral yang baik pula. Ternyata di dalam suatu masyarakat, kepemilikan pribadi bukanlah satu-satunya faktor untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Pertama, status seseorang tidak hanya karena uang dan banyaknya transaksi yang dimilikinya, ada banyak faktor lain yang dapat menambah nilai seseorang di mata orang lain. Seorang perempuan yang lebih cantik dari perempuan lainnya, akan dianggap bernilai lebih, padahal kecantikan tidak ada hubungannya dengan kepemilikan . Sesuatu yang lebih dari penting dari kepemilikan materi itu adalah kedudukan dan status sosial, salah satu faktor yang menyebabkan seseorang yang kaya raya, Nelson A. Rockefeller , selalu bermimpi untuk menjadi Presiden Amerika. Kadang- kadang, keinginan untuk mendapatkan kedudukan seperti ini membuat seseorang rela menghabiskan semua kekayaannya, mereka menganggap bahwa ketenaran dan kemasyhuran adalah kekuatan manusia yang paling besar.

Manusia selalu menganggap bahwa dirinya mempunyai derajat yang tinggi jika dia dihormati oleh orang lain, tak perduli apakah penghormatan itu karena ketaatan, kasih sayang, atau bahkan ketakutan. Kadang- kadang, hal-hal inilah yang dianggap sangat berharga bagi banyak orang. Ada banyak faktor lain yang bahkan orang komunis sekalipun tidak bisa menolaknya. Kedua, ketika kebutuhan-kebutuhan dasar sudah terpenuhi, bahkan di dalam masyarakat komunis sekalipun, tetap ada kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan dan mencari keuntungan yang lebih besar.

Seorang petani di Soviet mungkin saja tidak pernah melakukan perjalanan walapun hanya sekali dalam hidupnya, sementara seorang pemimpinnya sudah membuang sebuah pesawat pribadi yang dimilikinya. Juga kita tidak dapat menganggap bahwa, di dalam komunisme, setiap orang akan mendapatkan keuntungan yang sama dari kekayaan yang dimiliki oleh negara. Seorang pegawai yang mempunyai posisi dan jalatan yang lebih tinggi pasti akan memperoleh kompensasi yang lebih banyak daripada pegawai rendahan. Apa yang penting dari penjelasan ini adalah, di dalam masyarakat komunis sekalipun, selalu ada keinginan dan kebutuhan manusia untuk melakukan pengorbanan serta melepaskan keterikatan pada hal- hal yang bersifat materi.

Contohnya, seorang pejuang yang menuju medan perang kemudian terbunuh, maka terbunuhnya pasti bukan karena mencari keuntungan material semata. Oleh karena itu, pemikiran yang paling materialistis sekalipun tidak akan dapat menghilangkan nilai-nilai spiritual manusia, walaupun rnisalnya hal itu akan menyebabkan seseorang mengagungkan sesuatu yang bisa jadi dipertuhankannya. Sebuah mazhab pemikiran yang mendasarkan sistem kemasyarakatan pada keuntungan material semata, tidak akan bisa komprehensif dan praktis. Mereka bersikap seolah-olah sistem dan pemahaman mereka di atas segalanya, padahal dalam kenyataannya, sistem yang mereka anut hanyalah salah satu cara untuk mendapatkan kepuasan-kepuasan hidup.

Tidak ada sesuatu yang bersifat sakral dalam sebuah rancangan, desain hanyalah alat bantu dalam pelaksanaan konstruksi bangunan yang diinginkan. Rancangan yang terbaik adalah bagian dari bangunan itu sendiri. Anggapanyang mengatakan bahwasistem komunisme adalah yang terbaik dalam sistem kemasyarakatan adalah klaim yang non serıse, komunisme tak lebih dari salah satu alat dalam membangun sebuah masyarakat. Kadang-kadang, alat dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang karenanya seseorang mau mengorbankan seluruh hidupnya.

Para pengikut komunisme mungkin menyadari bahwa akar pemikiran mereka sangat rapuh, namun mereka tetap saja menanamkan semangat kepada dirinya, dan juga kepada orang lain, untuk tetap rela berkorban demi pemikiran komunisme yang didewa-dewakannya. Sekarang marilah kita disk usikan apa sebenırnya yang terdapat di dalam suatu nilai dan tujuan spiritual. Ketika seseorang melakukan suatu kewajiban dengan hati tulus, maka itu pasti dilakukannya demi mencapai satu tujuan tertentu, sebuah tujuan yang sangat berarti baginya, tak perduli tujuan itu bersifat material ataupun spiritual. Dari sudut pandang materi, seseorang pasti melakukan sesuatu yang berguna baginya dan juga demi kelangsungan hidupnya.

Segala sesuatu yang bersifat rnateri merupakan realitas fisik yang dibutuhkan oleh tubtih biologis manusia, seperti halnya berolah raga yang sangat penting bagi tubuh walaupun bukan sesuatu yang substansial. Berbuat baik kepada orang lain, bisa jadi tidak memberikan manfaat materi sanna sekali bagi orang yang melakukan kebaikan itu, demikian juga bagi seseorang yang melakukan sesuatu yang berguna bagi orang banyak dan generasi mendatang. Seseorang ada yang melakukan kerja keras dalam sebuah lembaga pendidikan demi mempersembahkan sesuatu bagi generasi selanjutnya. Orang tersebut bisa jadi tidak mendapatkan keuntungan apa-apa, atau telah menghabiskan waktunya tanpa mendapatkan kompensasi yang cukup dari pekerjaannya.


Spiritualitas adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehingga sekiranya kita tidak mempercayai Tuhan, maka segala sesuatu menjadi tidak punya batasan, semua hal akan dibolehkan. Pikiran-pikiran Marxisme maupun materialisme mempunyai keganjilan di dalamnya ketika mengklaim bahwa mereka tidak mempercayai adanya nilai spiritualitas, ataupun humanitas. Jika mereka menyebutkan humanisme , yang mereka maksud tak lebih dari sebuah masyarakat tanpa kelas.

Menurut mereka, manusia yang sempurna maupun yang tidak sempurna dengan semua kecacatannya, adalah muncul karena adanya kepemilikan pribadi dan karena adanya perbedaan kelas sosial-ekonomi di dalam masyarakatnya. Mereka tidak mempercayai adanya sisi penyempurnaan manusia yang lain, pun tidak meyakini adanya evolusi kemanusiaan manusia. Dalam keyakinan mereka, manusialah yang membentuk dirinya sendiri, bukan lingkungan, bukan pula takdir Tuhan, sehingga karena itulah manusia bertanggung jawab untuk dirinya sendiri. Apa pun yang dipilih dan dilakukan oleh seseorang pasti baik .

Dengan dasar inilah, seseorang harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh orang lain yang mencontoh perbuatannya. Kita dapat melihat, tanggung jawab yang disebutkan dalam konsep ini adalah sesuatu yang bersifat spiritual, bukan materi. Bagi penganut materialisme, mungkin mereka bisa mengatakan bahwa setiap orang memiliki hati nurani yang dari nurani itulah muncul tanggung jawab. Seandainya mereka mempercayai bahwa manusia mempunyai dua kepribadian, yakni sifat-sifat hewan dan sifat-sifat manusia sekaligus, dan ketika seseorang melakukan pelanggaran maka sifat-sifat hewan itu akan dihukum oleh sifat-sifat manusianya, hal itu bisa menjadi suatu pemahaman yang lain.

Sayangnya, mereka tidak mempercayai adanya hati nurani. Pada keadaan tertentu, kaum materialis mempercayai keharusan bertanggung jawab yang sifatnya spiritual. " Mereka mengatakan, "Saya bertanggung jawab kepada umat manusia sekarang ini, juga untuk generasi yang akan datang. Mereka adalah penganut materialisme yang mencoba mewujudkan suatu bentuk humanisme agar orang lain bisa menerimanya.

Satu- satunya keuntungan yang diperoleh dari melakukan sesuatu yang disenangi adalah wawasan yang lebih luas. Demikian pula hal-hal yang menyangkut etika akan memberikan kesenangan tersendiri bagi orang yang melakukannya'’ Epicurus, seorang filsuf Yunani, mendukung pemikiran ini. Namun kemudian, di dalam pemikirannya yang asli, Epicurisme dianggap mempercayai kebahagiaan spiritual yang lebih abadi dan lebih menenangkan. Kecintaan seperti ini memberikan kenikmatan tersendiri bagi orang yang merasakannya.

Namun, kesadaran sendiri tidak memberikan pijakan yang cukup kuat bagi sebuah mazhab pemikiran, ia membutuhkan sebuah keyakinan yang lebih dalam. Karenanya, jika seseorang mengatakan bahwa Imam Husain datang ke Karbala untuk memberikan nyawanya bersama seluruh pengikut-pengikut beliau hanya karena keinginannya untuk memberikan pelayanan kepada manusia, ini adalah anggapan yang keliru.

Namun, jika kita tidak dapat menjelaskan sifat kesempurnaan manusia secara ilmiah, setidaknya kita dapat melihat bagaimana pandangan Alquran dalam menjelaskan sifat-sifat manusia sempurna tersebut.

Di samping itu, ada mazhab pemikiran lain yang menganggap keindahan adalah esensi kesempurnaan manusia, bukan hanya keindahan fisik yang sebenarnya tidak esensial, tetapi lebih pada keindahan batin dan moralitas yang tinggi. Mereka mengatakan bahwa kebenaran itu baik hanya karena ia indah. Kekuatan dan kelemahan juga berasal dari kategori yang sarrıa. Di dalam etika Socratis, semua hal didasarkan pada keindahan ataupun keburukan intelektual.

Puisi, seni, dan keaslian berarti kreasi keindahan dan yang menciptakan keindahan pasti memiliki keindahan dalam dirinya. Hanya jiwa yang indah yang dapat menulis puisi atau menghasilkan lukisan yang indah pula. Ada sebuah cerita tentang seorang Rafa Qajar yang membuat baris pertama dari sebuah sajak namun tidak mampu membuat baris keduanya. Dia kemudian mencari contoh dari beberapa sajak yang sudah ditulis sebelumnya.

Akhirnya, dia menemukan sajak yang sangat cocok untuk baris kedua seperti yang dia inginkan. Menurut pandangan lslam, Tuhan bukanlah pencipta laiknya seorang bapak yang melahirkan anak-anaknya. Logika lslam tentang Tuhan jauh lebih tinggi dari konsep seperti itu. Tidak ada sesuatu pun yang dapat diperbandingkan dengan Allah.

Alquran berkata, "adalah cahaya langit dan bumi". Ayat ini mengandung arti bahwa Allah adalah diri-Nya sendiri, segala sesuatu selain-Nya tergantung kepada wujud-Nya. Di tempat lain, Alquran mengatakan bahwa hanya Allah yang menjadi kebenaran mutlak. Alquran juga berkata, "Kami akan memperlihatkan kefada mereka tonda-tanda dari kami di segala wilayah bumi dQn pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar."

Kita meyakini bahwa tujuan yang sebenarnya adalah kebenaran, yakni Tuhan itu sendiri. Hanya tauhid yang diajarkan oleh lslam yang dapat memahami tujuan agung ini. Demikian juga keadilan, ia hanya untuk menghilangkan kecenderungan sifat binatang dalam diri manusia dan membuang pembatas-pembatas yang menjauhkan manusia dari jalan kebenaran. Dan tentang cinta, dengan segala pengaruh dan rasa yang ditimbulkannya, cinta membantu manusia mencapai kebenaran.
Dan lslam memandang, hubungan seperti inilah yang menjadi jalan dalam proses penyempurnaan kemanusiaan, jalan yang tanpa batas dalam perjalanan panjang manusia kembali ke awalnya.

 














Komentar

Postingan populer dari blog ini

TRADISI & KEPERCAYAAN YG MASIH ADA DI INDONESIA